Tradisi Sunda yang Diwariskan Turun Temurun, Unik Wajib Tahu!

Tradisi Sunda – Budaya dan tradisi Sunda merupakan warisan budaya yang kaya dan beragam. Salah satu aspek penting dari budaya Sunda adalah keseniannya. Kesenian tradisional Sunda meliputi tarian khas, lagu daerah, cerita rakyat, hingga tradisi yang diwariskan turun temurun.  Selain kesenian, tradisi Sunda juga terwujud dalam beragam upacara adat, salah satunya adalah upacara Seren Taun.

Tradisi-Sunda-yang-Diwariskan-Turun-Temurun,-Unik-Wajib-Tahu!

Upacara ini merupakan ungkapan syukur dan doa masyarakat Sunda atas suka duka yang mereka alami, terutama dalam bidang pertanian selama setahun. Budaya Sunda juga dikenal karena filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Misalnya, terdapat konsep “cageur” yang berarti sehat, “bageur” yang berarti baik, “bener” yang berarti benar atau jujur, “singer” yang berarti teliti, dan “pinter” yang berarti cerdas. Nilai-nilai ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Sunda dan tercermin dalam berbagai aspek kehidupan.

Asal Usul Suku Sunda

Suku Sunda adalah salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia yang menempati wilayah Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah serta Banten. Berikut adalah ringkasan tentang asal usul suku Sunda:

  1. Kedatangan ke Pulau Jawa: Asal usul suku Sunda dapat ditelusuri kembali ke masa lalu ketika mereka datang ke Pulau Jawa. Meskipun detailnya tidak sepenuhnya jelas, sejarawan menduga bahwa mereka bermigrasi dari wilayah Asia Tenggara atau bahkan benua lain ke wilayah yang sekarang menjadi Jawa Barat.
  2. Kerajaan-kerajaan Kuno: Suku Sunda hidup dalam berbagai kerajaan dan negara kota yang berkembang di Pulau Jawa sejak zaman prasejarah. Beberapa kerajaan terkenal di wilayah Sunda adalah Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda, dan Kerajaan Galuh.
  3. Pengaruh Hindu-Buddha: Seperti halnya masyarakat Jawa lainnya, suku Sunda juga dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha yang dibawa oleh para pedagang dan pemuka agama dari India. Ini tercermin dalam arsitektur, seni, dan kebudayaan tradisional mereka.
  4. Kedatangan Islam: Islam mulai menyebar di wilayah Jawa Barat pada abad ke-15 melalui hubungan dagang dengan pedagang Muslim dari Arab dan India. Meskipun Islam menjadi agama dominan, kepercayaan dan tradisi Hindu-Buddha tetap memengaruhi budaya Sunda.
  5. Kolonisasi Belanda: Selama masa kolonial Belanda, wilayah Sunda menjadi bagian dari Hindia Belanda. Kolonialisasi ini mempengaruhi struktur sosial dan politik masyarakat Sunda serta membawa perubahan signifikan dalam bidang ekonomi dan pendidikan.
  6. Kemerdekaan Indonesia: Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda pada tahun 1945, suku Sunda tetap mempertahankan kebudayaan dan tradisi mereka, sambil juga berintegrasi dengan kehidupan modern Indonesia.

Baca Juga: 6 Agama yang Diakui di Indonesia, Wajib Tahu!

Ragam Tradisi Sunda

Ragam-Tradisi-Sunda

Warisan budaya yang kaya menjadikan tradisi Sunda terus lestari dan berkembang dari masa ke masa.

Berikut tradisi Sunda yang masih lestari hingga kini.

1. Seren Taun

Tradisi Sunda Seren Taun adalah sebuah tradisi yang masih berlangsung di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Sukabumi, Kuningan, dan Banten. Tradisi Seren Taun ini biasanya dilakukan setelah panen, ketika penduduk setempat mengumpulkan hasil panen padi dari sawah dan menyimpannya di leuit atau lumbung Selama pelaksanaan tradisi ini, seringkali diiringi dengan alat musik khas Sunda yang menambahkan nuansa khusus pada acara tersebut.

Seren Taun merupakan sebuah tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Jawa Barat sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang mereka peroleh. Dalam buku berjudul Seren Taun: Merawat Tradisi di Cigugur-Kuningan yang ditulis oleh Dheka Dwi Agustiningsih, Seren Taun diartikan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Sunda kepada Tuhan atas semua hasil bumi yang telah mereka terima. Hasil panen yang mereka kumpulkan meliputi padi, umbi-umbian, buah-buahan, tanaman, air, dan segala yang diberikan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Penyelenggaraan Seren Taun biasanya berbentuk upacara adat yang memiliki makna mendalam.

2. Hajat Laut

Hajat laut atau pesta laut adalah sebuah peristiwa tradisional yang diadakan oleh komunitas nelayan di wilayah Jawa Barat seperti Pelabuhanratu dan Pangandaran. Bisa dikatakan bahwa tradisi Sunda ini merupakan sebuah upacara adat dan kebiasaan yang diwariskan oleh masyarakat Sunda di berbagai daerah. Salah satu tujuan utama dari hajat laut adalah untuk menyatakan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh oleh para nelayan. Yang menarik, tradisi hajat laut secara rutin diadakan sekali dalam setahun, khususnya pada bulan Muharam. Tradisi hajat laut ini telah berlangsung selama sekitar satu setengah abad yang lalu.

3. Tingkeban

Tingkeban adalah sebuah tradisi Sunda yang menjadi bagian dari adat kebiasaan masyarakatnya. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan selamat kepada seorang wanita ketika kehamilannya telah mencapai usia 7 bulan. Tujuan utama dari pelaksanaan Tingkeban adalah untuk memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan bagi keselamatan calon ibu dan anak yang dikandungnya. Pentingnya Tingkeban terutama terlihat ketika anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi ibu dan ayahnya.

4. Tembuni

Tradisi Sunda Tembuni merupakan warisan budaya yang telah diwariskan turun temurun dalam masyarakat Sunda. Tradisi ini dilaksanakan setelah proses persalinan dengan tujuan untuk memastikan keselamatan dan kebahagiaan bayi yang baru lahir. Dalam bahasa Sunda, “Tembuni” mengacu pada plasenta bayi atau yang dikenal sebagai “ari-ari.”

Menurut kepercayaan tradisional setempat, Tembuni dianggap sebagai saudara kandung bayi yang tidak boleh dibuang begitu saja. Oleh karena itu, Tembuni harus menjalani sebuah ritual khusus sebelum dikubur atau dihanyutkan. Setelah bayi lahir, Tembuni akan dibersihkan dan ditempatkan dalam sebuah kendi. Kemudian, Tembuni akan diberikan bumbu-bumbu seperti garam, asam, dan gula merah. Kendi yang berisi Tembuni akan ditutupi dengan sehelai kain putih dan diberi sebuah bambu kecil agar tetap dapat menerima udara. Selanjutnya, Tembuni akan dikuburkan atau dihanyutkan, tergantung pada tradisi lokal.

5. Turun Tanah

Turun Tanah adalah suatu tradisi Sunda di mana orang tua mengenalkan anak mereka pada pengalaman berjalan atau menginjakkan kakinya pertama kali di atas tanah. Tujuan dari pelaksanaan Turun Tanah termasuk di antaranya adalah untuk membentuk karakter anak agar menjadi individu yang jujur, memiliki kualitas ibadah yang baik, berjiwa dermawan, dan memiliki tingkat etos kerja yang tinggi. Selamatan Turun Tanah umumnya diadakan ketika seorang anak mencapai usia 7 bulan.

6. Ngaruwat Bumi

Tradisi Ngaruwat Bumi salah satunya dapat ditemukan di Desa Banceuy. Kata “Ngaruwat Bumi” berasal dari kata “ngarawat,” yang artinya mengumpulkan atau merawat. Dengan demikian, secara keseluruhan, tradisi ini mengacu pada pengumpulan seluruh anggota masyarakat dan hasil bumi, termasuk bahan mentah, setengah jadi, dan barang yang sudah matang. Pelaksanaan Ngaruwat Bumi di Kampung Banceuy dilakukan pada hari Rabu terakhir dalam bulan Rayagung atau bulan Dzulhijjah, sebagai persiapan menyambut tahun baru Islam.

Nadran adalah sebuah tradisi Sunda yang ditemukan di Jawa Barat. Tradisi ini merupakan bagian penting dari budaya dan kepercayaan umat Islam di wilayah tersebut, dan biasanya dilaksanakan sebelum dan sesudah memasuki bulan Ramadan. Tradisi Nadran ini umumnya dipraktikkan dalam perayaan munggahan, yang bertujuan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan dan kesucian. Selama pelaksanaan tradisi Nadran, banyak orang yang berusaha untuk pulang kampung agar dapat berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Ini merupakan momen yang berharga di mana keluarga dapat saling bersilaturahmi dan menguatkan hubungan satu sama lain sambil bersiap-siap menyambut bulan Ramadan.

8. Nyekar

Salah satu tradisi Sunda yang perlu dibahas adalah nyekar. Nyekar adalah sebuah tradisi di mana seseorang mendatangi makam anggota keluarga atau kerabat untuk melakukan ziarah kubur. Selain untuk berdoa, tradisi ini juga melibatkan merawat dan membersihkan makam yang dikunjungi. Nyekar dapat dilakukan kapan saja, baik itu menjelang bulan Ramadan atau selama perayaan Idulfitri. Banyak orang yang masih menjalankan tradisi ini, sering kali mengajak anggota keluarga untuk bersama-sama melakukan nyekar.

9. Nyawer Penganten

Selanjutnya, ada tradisi yang dikenal dengan nama “nyawér pangantén” yang juga merupakan bagian dari tradisi Sunda di Jawa Barat. Menurut buku Ragam Pesona Budaya Sunda, tradisi nyawér pangantén biasanya dilaksanakan dalam rangka upacara pernikahan adat Sunda. Tradisi sawér pangantin ini umumnya dilakukan setelah akad nikah telah selesai, yang sering kali dilakukan di luar ruangan. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mengharapkan agar pengantin dapat hidup dalam keadaan rukun, sakinah, mawadah, dan warahmah, serta untuk mengiringi perjalanan kehidupan mereka yang baru bersama-sama setelah pernikahan.

10. Seba Baduy

Salah satu tradisi unik dari budaya Sunda adalah Seba Baduy, yang merupakan perayaan yang diadakan oleh masyarakat Suku Baduy. Seba Baduy adalah sebuah upacara adat tahunan yang diadakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Masyarakat Baduy melakukan perjalanan ke kantor Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten untuk menyerahkan hasil panen tersebut.

Yang membuatnya unik adalah bahwa persembahan ini diserahkan dengan berjalan kaki sejauh ratusan kilometer menuju kantor pemerintahan, menunjukkan tingkat dedikasi dan kehormatan yang tinggi terhadap tradisi dan hasil pertanian mereka. Itulah ragam tradisi Sunda yang kaya dan masih dilestarikan hingga kini. Selain yang disebutkan di atas, masih banyak budaya dan tradisi Sunda lain yang tersebar di berbagai daerah. Ajarkan dan lestarikan budaya-budaya Indonesia kepada si kecil. Bagi Anda yang tertarik dengan beragam pembahasan mengenai Indonesia, Anda bisa melihatnya dengan klik link berikut ini archipelagofestival.id

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *